Oleh : Asri.SKM.M.Kes
(Dosen FKM Unasman)
Pandemi covid-19, hingga kini tidak menunjukkan arah melandai justru pergerakannya semakin meningkat, efeknya pun mulai berasa pada masyarakat.
Berbagai respon di tiap daerah bervariatif terhadap pandemi ini, masih banyak daerah yang masyarakat terlihat tak perduli dengan himbauan pemerintah, untuk mengurangi aktivitas yang akan menjadi sumber semakin meningkatnya pandemi covid-19. Selain itu banyak pula daerah yang masyarakatnya begitu protektif, dengan kasus konfirmasi yang mengakibatkan penolakan – penolakan terhadap mereka yang positif, hingga melakukan aksi pelarangan pemakaman status meninggal pada daerahnya.
Kebijakan pemerintah yang disampaikan oleh Presiden untuk membuka data yang sebenarnya tentang covid-19, agar memberikan sentrum kepada masyarakat akan rentannya penyebaran virus ini, membuka data belum lama diberlakukan agar meredam kepanikan masyarakat.
Antisipasi yang dilakukan pemerintah dalam memutuskan rantai penyebaran virus ini, sudah berjalan dengan cukup baik hingga pemerintahan pada tingkat desa, akan tetapi sistem penanganan yang dibangun pada tingkat desa masih belum terarah, berbagai model penanganan diterapkan, pemasangan portal pada batas desa menjadi model utama pada pelaksanaan penanganan, perlakuan pada batas desa dilakukan dengan penyemprotan desinfektan dan pengukuran suhu tubuh kepada masyarakat yang akan memasuki daerah wilayahnya.
Kehadiran rapid test diberbagai wilayah, awalnya menjadi angin segar dalam membantu penanganan penyebaran covid-19, akan tetapi seiring berjalannya waktu justru rapid test menjadi alat medis,yang membangun keresahan dimasyarakat, hasil diagnosanya akan menjadi tekanan bagi masyarakat utamanya dengan status positif, karena pemahaman masyarakat di Desa, bahwa setiap hasil positif rapid test merupakan positif covid-19.
Disinilah dibutuhkan ruang-ruang edukasi, baik itu terkait cara kerja rapid test, protap penangan pasien positif covid-19, istilah – istilah OTG (Orang Tanpa Gejala), ODP (Orang Dalam Pemantauan), PDP (Pasien Dalam Pengawasan), positif Covid-19 dan penerapan pemasangan portal pada batas desa terkait kebijakan pemerintah, yang menunjang perekonomian masyarakat dalam bentuk bantuan langsung tunai, agar masyarakat mengetahui dengan jelas setiap kebijakan yang diberlakukan.
Ragam edukasi dan informasi positif sudah banyak disebar, utamanya melalui media sosial sejalan dengan banyaknya informasi yang berseleweran, justru memberikan dampak kepanikan bagi masyarakat, bahkan media yang terpercaya di negeri ini pun sangat sering menyajikan informasi menakutkan, para pakar melalui hasil risetnya, dengan memberikan gambaran prediksi pandemi di bumi pertiwi, yang menyajikan angka yang cukup tinggi, menggiring pola pikir masyarakat dalam ketegangan dan kepanikan.
Imbauan ataupun flyer dan poster – poster serta media hingga media sosial, belum maksimal dalam menyampaikan pesan, ruang – ruang edukasi bagi masyarakat pun menjadi sempit, karena media yang biasa digunakan dalam memberikan penyampaian pun dibatasi, dalam kondisi yang normal tempat – tempat ibadahlah menjadi media yang paling maksimal dalam penyebaran informasi, karena dapat menyisir semua lapisan masyarakat.
Hendaknya pemerintah, memberikan batasan terkait informasi – informasi yang akan disajikan oleh media yang kontennya akan memberikan respon negatif pada masyarakat, selanjutnya hasil riset para pakar yang baiknya disampaikan langsung ke pemerintah lalu kemudian berkolaborasi dalam menemukan solusi tanpa mempublis informasi tersebut pada khalayak. Selain itu pula, baiknya pemerintah membangun kerjasama pada berbagai instansi utamanya dalam mendukung kegiatan – kegiatan edukasi di masyarakat.(*)