Mamasa- Komunitas GUSDURian Mamasa bekerja sama dengan Gerakan Pemuda Ansor Mamasa, Karang Taruna Kecamatan Mambi, Persekutuan pemuda gereja Toraja Mamasa (PPGTM) Jemaat Ebenhaezer Rante Palado menggelar lokal forum Temu Kebangsaan di Aula Lantang kada Nene’, Kecamatan Mambi, Kabupaten Mamasa, 09/11/23.
Kegiatan yang bertemakan “Merajut Kebersamaan, Di Era Bonus Demografi dan revolusi indistri 4.0 menuju pesta demokrasi ini, selain dihadiri unsur pemerintah, tokoh masyarakat, adat, juga dihadiri pemuda dan aktivis lintas iman.
Hadir sebagai pembicara dalam kegiatan ini, Kepala Kesbangpol Kabupaten Mamasa, Yesaya Albert, Yonatan, Kepala Seksi Urusan Agama Kristen yang sekaligus mewakili Kepala Kemenag Kabupaten Mamasa, dan Adi Wijaya, SP yang perwakilan Bawaslu Mamasa.
Dalam sambutannya, Koordinator Wilayah GUSDURian Sulampapua, Suaib A. Prawono menyampaikan ucapan terimakasih kepada peserta dan narasumber yang hadir dalam kegiatan tersebut.
“Kehadiran bapak ibu sekalian dalam acara ini sekaligus menjadi indikasi keseriusan kita dalam upaya mengawal dan menciptakan pemilu damai,” ucapnya.
Suaib menyampaikan, kegiatan temu kebangsaan tersebut bertujuan untuk membangun kebersamaan lintas stake holder, salah satunya adalah merumuskan gagasan bersama dalam upaya menciptakan suasana damai, baik jelang maupun setelah pemilu dilkasnakan.
“Tidak lama lagi bangsa kita akan menggelar pesta demokrasi. Tentunya kita berharap hajatan lima tahunan tersebut disambut dengan riang gembira, sebab pesta selalu identik dengan keriang gembiraan,” kata Suaib.
Lebih lanjut, mantan Ketua PMII Cabang Makassar ini menyampaikan, kolaborasi lintas stakeholder menjadi sangat penting dalam upaya mendorong pemilu damai. Karena itu, ia pun meminta semua elemen yang hadir dalam lokal forum tersebut terlibat aktif mengawal pemilu damai, tak terkecuali di Kabupaten Mamasa.
Dalam kesempatan tersebut, Suaib juga menyampaikan netralitas GUSDURian dalam setiap perhelatan politik. Adapun isu yang kerap berkembang bahwa gusdurian mendukung salah satu calon di Pilpres tidak benar, sebab gusdurian tidak pernah menyatakan dukungan ke siapapun. Hal itu dibuktikan dengan komitmen GUSDURian selama dua kali pemilihan Presiden tidak pernah menyatakan diri terlibat dukung mendukung calon tertentu.
“Gusdurian akan senantiasa menjaga independensinya, salah satunya tidak terlibat dukung mengdukung, baik di Pilpres, Pilgub dan Pilkada” tegas Suaib dalam sambutannya.
Sementara itu, Hamzah, perwakilan Camat Mambi dalam sambutannya sebagai tuan rumah, menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya atas pelaksanaan kegiatan tersebut. Ia berharap kolaborasi semacam ini terus digaungkan sebagai salah satu upaya menjaga nilai-nilai Sikamase (saling menyangi) yang menjadi prinsip hidup warga Kabupaten Mamasa.
“Semboyang hidup mesa kada dipotuo, pantang kada dipomate (bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh) hanya mungkin bisa tercipta dengan baik jika warga masyarakat mengedepankan sikap dan perilaku sikamase” ujar Hamzah.
Olehnya itu, ia pun meminta agar organisasi kepemudaan bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga toleransi, apalagi jelang tahun politik.
Kepala Kesbangpol Kabupaten Mamasa, Yesaya Albert saat menyampaikan meteri di kegiatan tersebut mengatakan, Gus Dur adalah peyandang disabilitas, namun ia adalah sosok pemimpin yang inspiratif. Ia membela siapa saja yang mendapat perlakuan tidak adil di bangsa ini, dan tentu saja itu adalah salah satu upaya Gus Dur mempertahankan keutuhan bangsa ini.
“Tidak ada mayoritas dan minoritas karena Indonesia adalah negara kesatuan. Karena itu, jika ada orang di Mamasa menggunakan istilah mayoritas dan minoritas, perlu dipertanyakan kemamasaannya,” tegas Yesaya.
Lebih lanjut, Yesaya menyampaikan bahwa sejatinya generasi muda bisa menjadi teladan bagi keutuhan bangsa, sebagaimana bunyi ikrar sumpah pemuda. Kerena itu, jelang tahun politik, setidaknya generasi muda tidak menjadi garda terdepan menerima uang (money politik) demi terjaganya integritas politik dan kehidupan berbangsa.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Jonatan, perwakilan Kementrian agama Kabupaten Mamasa. Ia meyampaikan pentingnya merajut kebersamaan dalam keberagaman dengan senantiasa mengedepankan sikap saling menghormati, memahami dan menerima keberadaan kelompok atau orang lain yang berbeda agar bisa hidup berdampingan dengan damai.
“Persoalan-persoalan yang bisa memicu pertikaian, perpecahan dan konflik sosial harus bisa diantisipasi sejak dini. Salah satunya adalah mengunakan media sosial dengan bijak,” katanya.
Akibat kemajuan teknologi, dunia sekarang semakin sempit, bahkan boleh dibilang lebih sempit dari “daun kelor”. Karena itu, merajut dan menjaga kebersamaan di era kemajuan teknologi dan banjir informasi saat ini tidaklah mudah.
“Medsos sejatinya digunakan untuk memudahkan interaksi, bukan menjadi arena caci maki dan menyebar ujaran kebencian” terang Jonatan.
Sementara itu, Adi Wijaya yang juga menjadi pembicara dalam kegiatan ini, mengajak semua pihak untuk terlibat mengawasi proses atau tahapan pelaksanaan pemilu. Menurutnya, peran organisasi pemuda dan masyarakat sangat diharapkan, salah satunya adalah mengawasi praktik money politik.
“Kami sudah melakukan pengawasan partisipatif menginisiasi desa anti politik uang. Kami juga berharap kolaborasi semua pihak guna memastikan proses pemilu berjalan sesuai harapan, jauh dari praktik money politik dan ujaran kebencian,” pinta Adi Wijaya.(*)