Mamuju – Ikatan Alumni STIKES BBM Kabupaten Majene, mendesak oknum pelaku pemukulan terhadap mahasiswa STIKES BBM, saat aksi demonstrasi HMI, Kamis 13 Maret 2025 lalu, diproses secara hukum.
Hal itu disampaikan Ketua IKA STIKES BBM Majene, Muhammad Jafar, ke awak media, saat menggelar konferensi pers, di Cafe Ruang Rindu, Kabupaten Mamuju, Sabtu,15/03/25. Malam.
Menurutnya, sebagai ketua IKA pihaknya telah mendapatkan laporan bahwa terdapat 6 orang mahasiswa STIKES BBM, yang diduga menjadi korban pemukulan oknum massa aksi HMI.
“Yang diharapkan kami dari Alumni ini, setelah kami berbicara dengan adik-adik, yang menjadi korban pemukulan 6 mahasiswi ini, ini kan sekarang mengadunya ke kami juga,” ucap Muhammad Jafar.
“Tadi saya ditelpon oleh saudara Dion, dia meminta agar supremasi hukum di Sulawesi Barat, di wilayah Polres Majene betul-betul dijalankan dan dicari pelakunya, siapa yang melakukan pemukulan,”sambungnya.
Selain itu, ia juga menjelaskan, bahwa berdasarkan informasi yang diterimanya, dugaan kasus pemukulan terhadap mahasiswa STIKES BBM tersebut, sudah di laporkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).
“Jadi, teman-teman yang merasa korban ini, yang didampingi saudara Abdi, bahwa sudah masuk ke PPA Kabupaten Majene untuk minta pendampingan,” jelasnya.
Olehnya itu, sebagai Alumni pihaknya menekankan agar kasus dugaan pemukulan terhadap mahasiswa STIKES BBM tersebut, diproses secara profesional berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
“Yang salah dikatakan salah. Itu yang kita inginkan agar tidak adalagi kejadian-kejadian serupa, baik itu dari sisi mengancam dan lain sebagainya,” tegasnya.
Kata Muhammad Jafar, dalam bukti video yang tersebar luas di Media Sosial (Medsos), sudah sangat jelas, bahkan ada oknum pendemo yang menyingung soal tikam-menikam.
“Di video kan sangat jelas, bahkan ada yang menyebut masalah assigayangan (tikam-menikam). Itu kan sangat jelas disitu, dan itukan mengundang sara disitu pak. Rata-rata didalam ini (STIKES BBM,red) adalah perempuan,” ujarnya.
Dirinya juga sangat tidak sepakat, jika ada orang luar yang mengatakan pihak kampus STIKES BBM, melakukan mobilisasi massa untuk menahan massa aksi HMI.
“Karena kenapa, yang dimaksud dengan mobilisasi massa, kalau ada yang mengatakan itu mobilisasi massa, adalah kita mengundang orang eksternal masuk ke dalam (kampus STIKES BBM, red). Tapi kan ini murni orang didalam kampus yang menghalangi,” tukasnya.
Muhammad Jafar juga menjelaskan, bahwa saat massa HMI melaksanakan aksi unjuk rasa, secara bersamaan sivitas akademika STIKES BBM, tengah melaksanakan kegiatan gema Ramadhan.
“Ada gema Ramadhan pada saat itu, pas pembukaan,” pungkasnya.
Olehnya itu, secara kelembagaan IKA STIKES BBM Kabupaten Majene, menekankan agar kasus tersebut, tetap diproses secara hukum, meskipun antara pihak HMI dan kampus telah terjadi kesepakatan damai.
“Tetapi, dalam hal masalah kekerasan itu, minta tolong kepada aparat hukum baik dari PPA, untuk serius menangani,” tutupnya.(Mp)