Polewali – Editorial9 – Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Universitas Al Asyariah Mandar (Unasman) Sulawesi Barat, melakukan praktek lapangan terpadu, di Kota Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), yang rencananya akan diselenggarakan mulai dari 22-24 Januari 2020.
Kehadiran rombongan mahasiswa yang dipimpin langsung oleh Ketua Program Studi Agroteknologi Unasman, Harli Karim, tersebut, di terima langsung Bupati Enrekang Muslimin Bando, bersama Kepala Dinas Pertanian Addi dilaksanakan Rujab bupati.
Bupati Enrekang, Muslimin Bando, dalam kesempatannya, mengatakan bahwa petani Duri yang berada didaerahnya itu adalah petani tangguh, tidak megenal menyerah dalam mengelola lahan pertanian, segala upaya dilakukan untuk mencapai produktivitas lahan yang maksimal.
“Bahkan tanah bebatuan dapat dirubah menjadi lahan produktif, yang menghasilkan keuntungan yang melimpah. Filisofi air yang mengalir dari ketinggian ke tempat lebih rendah, terbantakan oleh petani Enrekang, mereka mengaliri lahan pertanian dengan memanfaatkan air sungai dan dialiri sampai ke gunung sejauh 4-5 Km. Itu semua demi mencapai produktivitas pertanian mereka. Saya sangat bangga dengan itu,” ungkap Muslimin Bando.
Sementara itu, ditempat yang sama Ketua Program Studi Agroteknologi Unasman,Harli Karim, menjelaskan bahwa kegiatan praktek lapang ini, bertujuan untuk melihat dan membandingkan sistem budidaya dan pola pemasaran komoditi pertanian di Enrekang, yang terkenal sebagai sentra produksi tanaman hortikultura khususnya sayuran.
“Enrekang dipilih sebagai tempat melaksanakan praktek lapang kali ini, karena Enrekang sejak lama sangat terkenal dengan produksi sayuran, yang bisa menjadi inspirasi daerah lain khususnya Sulawesi Barat,” beber Harli.
Selain itu, ia juga menambahkan bahwa petani di Enrekang dapat menjadi testimoni yang bagus bagi petani di daerah lain, lnataran mampu mengubah lahan kurang sesuai menjadi tanah yang sangat produktif. Salah satunnya adalah pertanaman bawang di Anggeraja, dengan capaiaian produktivitas lahan mencapai 400 Juta per panen/ha dalam jangka waktu 3-4 bulan.
“Padahal dari segi sumber daya alam, Enrekang tidak sesubur dibandingkan daerah lain, bahkan terdapat beberapa lahan yang kita temukan sangat marginal, namun bisa disulap menjadi lahan produktif,” tutupnya.
Untuk diketahui, kegiatan berlangsung dengan metode mengunjungi dan berdialog langsung dengan petani hortikultura di Kecamatan Anggeraja, Alla dan Baroko. Peserta juga mengunjungi Perkebunan Kopi Arabika di Desa Benteng Alla. Melalui Koperasi Benteng Alla, desa tersebut sudah mampu memproduksi kopi dari hulu sampai hilir. Selain itu lokasi yang juga dikunjungi adalah Sub Terminal Agribisnis (STA) di Desa Sumillan, Kecamatan Alla. STA Sumillan adalah satu-satunya STA yang masih beroperasi lancar setelah STA Gowa, Tana Toraja, Luwu Utara dan Pare-Pare yang sejak lama tidak beroperasi. STA Enrekang yang biasa disebut Pasar Agro merupakan pasar khusus komoditi pertanian, yang selama ini banyak mensuplai kebutuhan sayuran di Sulawesi, Kalimantan dan Papua.(*)