Oleh : Muhammad Arif
Opini – Dalam panggung politik Polewali Mandar yang dinamis, Muhammad Fatahuddin, yang akrab disapa Fatah, muncul sebagai figur muda yang menjanjikan. Di usianya yang relatif muda, Fatah telah resmi dilantik menjadi anggota DPRD Polewali Mandar periode 2024-2029, mewakili Partai Golkar dari daerah pemilihan Matakali, Anreapi, Tapango, dan Matangnga. Meskipun baru dua periode memasuki kancah politik legislatif, Fatah bukanlah sosok yang asing dengan dunia politik. Jejaknya di Golkar dapat ditelusuri ke ayahnya, H. Bustamin Badolo, seorang politisi senior yang turut membangun pondasi kuat bagi partai berlambang pohon beringin di Polewali Mandar dan Sulawesi Barat.
Sebagai alumni Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan Universitas Al-Asyariah Mandar (Unasman), Fatah dibekali dengan pengetahuan akademis yang solid. Namun, yang lebih penting adalah tempaan yang ia alami di organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Gerakan Pemuda Ansor, dua organisasi besar yang lekat dengan tradisi Nahdlatul Ulama (NU), telah menjadi kawah candradimuka bagi Fatah dalam memahami esensi kepemimpinan yang berpijak pada nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Pengalaman sebagai Ketua Dewan Pengurus Kecamatan (DPK) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Matakali semakin mematangkan dirinya dalam berorganisasi dan merajut jejaring sosial-politik.
Dunia politik yang kini digelutinya tak terlepas dari pengaruh besar ayahnya, H. Bustamin Badolo. Sang ayah adalah salah satu figur yang telah menorehkan sejarah panjang dalam kancah politik Golkar di Sulawesi Barat, termasuk sebagai mantan anggota DPRD Polewali Mandar dan DPRD Sulawesi Barat. Partai Golkar di Polewali Mandar telah lama menjadi kekuatan dominan, dengan rekam jejak berhasil menempatkan kader-kader terbaiknya di kursi-kursi strategis, termasuk posisi ketua DPRD Polewali Mandar dari periode ke periode. Sejumlah nama besar fungsionaris Partai Golkar sejak Polewali Mandar masih menjadi Kabupaten Polewali Mamasa merupakan sejarah panjang Golkar yang oleh H. Bustamin Badolo ada dalam sejarah perjuangan tokoh-tokoh tersebut. Warisan inilah yang kini diemban Fatah dengan penuh tanggung jawab.
Meskipun berkecimpung dalam politik praktis melalui Golkar, Fatah tidak melupakan akar tradisi ke-NU-annya. Sebagai kader PMII dan Gerakan Pemuda Ansor, ia memiliki pandangan yang komprehensif mengenai pentingnya menjaga nilai-nilai keislaman yang moderat serta semangat kebangsaan yang inklusif. Nilai-nilai inilah yang ia yakini perlu terus diperjuangkan di tengah arus politik yang kadang terjebak dalam kepentingan pragmatis. Bagi Fatah, politik adalah alat untuk mencapai kesejahteraan rakyat, bukan sekadar arena untuk meraih kekuasaan. Ia terinspirasi oleh tokoh-tokoh seperti H. Nusron Wahid, aktivis PMII dan mantan ketua umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, yang juga berkiprah besar di Golkar. Ia ingin menapaki jejak serupa, memperjuangkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin dan semangat kebangsaan dalam setiap kebijakan partai yang diambil.
Fatah diharapkan dapat menjadi salah satu lokomotif yang membawa partai ini terus relevan dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Dalam perjalanannya, Fatah harus terus mengasah kapasitas dan menjaga integritas, sehingga kelak ia tidak hanya dikenal sebagai politisi, tetapi juga sebagai negarawan yang mampu membawa perubahan positif bagi rakyat Polewali Mandar.
Selamat berjuang, sahabat Fatah. Tangan terkepal dan maju ke muka. Bela agama, bangsa negeri! (*)