Sulbar – Baru tiga minggu menjabat di Sulbar. Pj Gubernur Bahtiar kembali berhasil piawai dalam menekan angka inflasi pada daerah yang baru dipimpinya. Seperti di Provinsi Sulbar, di mana Bahtiar mampu membawa Sulbar terbaik kedua pengendalian inflasi seluruh Indonesia.
Hal ini, terkuak dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar terkait potret inflasi di Sulbar.
“Tim pengendali inflasi daerah Sulbar telah mampu mengelola inflasi dengan baik. Itu dilihat bulan lalu angkanya 2,02 persen sekarang 1,25 persen,” kata Bahtiar, Senin,03/06/24.
Sejak menjabat sebagai Pj Gubernur, Bahtiar gencar melakukan pemantauan harga bahan pokok pada enam kabupaten di Sulawesi Barat. Bahkan hanya dalam tempo dua hari, Bahtiar keluar masuk guna memantau dan berdialog dengan para pedagang. Selain itu Pemprov Sulbar juga gencar melakukan operasi pasar murah.
“Kita nomor dua terbaik seluruh Indonesia. Baru tiga minggu itu belum lama. Saya ditempat lain tidak pernah bicara komoditas pisang biasanya beras, telur, hingga ikan. Khas di Sulbar saya bicara pisang,” tambahnya.
Memang sejak menjabat di Sulbar, Bahtiar juga mengencangkan program penanaman pisang cavendish serta mewacakan industrilasi pisang bagi Sulawesi Barat.
Apalagi, memang pisang bagian ekonomi Sulbar yang tidak bisa dipisahkan. Sehingga ini harus menjadi perhatian khusus.
“Bahwa memang kita punya peluang sekaligus tantangan mengelola produksi pisang,” ungkapnya.
Sebab hilirisasinya di Sulbar di mana pisang salah satu sub bahan pokok kebutuhan masyarakat Sulbar.
Sedangkan, Kepala BPS Sulbar, Tina Wahyufitri mengungkapkan pada Mei 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) Provinsi Sulawesi Barat sebesar 1,25 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,46.
“Inflasi tertinggi terjadi di Mamuju sebesar 2,21 persen dengan IHK sebesar 104,82 dan terendah terjadi di Kabupaten Majene sebesar 0,63 persen dengan IHK sebesar 105,87,” ucapnya.
Selain itu, inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,85 persen kelompok kesehatan sebesar 2,33 persen, kelompok transportasi sebesar 0,81 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,06 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,67 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 5,75 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,72 persen.
“Jadi kita urutan kedua pengendalian inflasi terbaik seluruh Indonesia bulan ini,” tandasnya.(*)