Polewali – editorial9 – Akademisi Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Abid Alimuddin Lidda, mengungkapkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) harus extra fokus dalam menangani penyebaran wabah covid -19.
Menurut Abid, selain fokus pada penanganan medis, Pemda juga harus mampu menjaga mental dan pertahanan spiritualitas masyarakat, ditengah pandemik virus corona ini.
“Yang paling penting adalah pertahanan pangan, yang dibarengi dengan kesadaran kemanusiaan yang harus tetap terjaga. Olehnya diperlukan keterlibatan seluruh elemen masyarakat apapun itu, untuk bersama – sama bersinergi menjaga kemungkinan – kemungkinan, yang terjadi dimasyarakat kita,” ucap Abid, Sabtu, 11/04/20.
Selain itu ia juga berharap berharap masyarakat dapat bersama – sama untuk memerangi Persebaran Covid-19, dengan tetap mengikuti arahan pemerintah, sembari dengan mandiri pola keselamatan kita baik secara pribadi, keluarga maupun lingkungan.
“Kami berharap, pemerintah daerah untuk betul – betuk fokus melakukan langkah antisipatif akan ketersediaan cadangan pangan kita, sampai di tahap jangka panjang ditengah Covid 19, yang sulit diprediksi kapan berakhirnya,” ungkapnya.
“Sebab jika terjadi krisis ekonomi, maka ekonomi sekrisis apapun atau rupiah sejatuh apapun, asal sumber makanan rakyat terjaga, petani tetap ke sawah nelayan tetap melaut maka”daya hibernatif” rakyat akan muncul jadi tameng,” sambungnya.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, juga menjelaskan bahwa Pemkab harus punya langkah antisipatif, akan gejala eskapisme religius atau gangguan pada kejiwaan warganya.
“Sebab dititik ini, imajinasi aneh dan kewarasan umum bisa kemana – mana, pada hal – hal yang tidak lagi logis dan akan sampai pada level terburuk mentalitas warga. Jangan biarkan pertahanan kemanusiaan warga hilang, sehingga menjadikan perubahan mainstrem berpikir warga, menjadi sangat individualistik,” jelasnya.
Mantan aktivis PMII itu juga menuturkan, bahwa saat ini telah waktunya untuk berpesan optimis pada masyarakat, jika wabah virus corona yang saat ini tengah mewabah dapat diperangi.
“Bukan lagi waktunya menyampaikan kabar kematian, ketakutan, pikiran dan hati kita perlu selalu berada dalam kondisi sehat dan bahagia, bukan dalam kondisi ketakutan,” tutupnya.(*/FM)