Mamuju – Editorial9 – Keberadaan kapal Feri Mini milik Pemkab Mamuju, yang saat ini berada di Pulau Ambo, Desa Balabalakang, Kabupaten Mamuju, kembali menuai sorotan dari warga setempat.
Munculnya sorotan terhadap keberadaan kapal feri mini pengadaan Tahun 2017, dan diperkirakan dalam prosesnya telah menelan anggaran yang nilainya mencapai miliaran rupiah tersebut, lantaran hingga kini belum atau tidak pernah beroperasi.
“Balabalakang sudah terbuang, jangan dijadikan lagi pembuangan proyek gagal,” pungkas Sekdes Balabalakang, Nasmuddin, via WhatsApp, Selasa, 22/01/20.
Selain itu ia juga menambahkan, alasan utama sehingga ia berkomentar tentang keberadaan kapal feri mini tersebut, selain karena dirinya sebagai bagian dari pemerintah desa, ia juga terlibat langsung dalam proses pengusulan pada setiap agenda – agenda Musrembang.
“Saya bisa berkomentar karena selain sebagai masyarakat bala balakang saya juga sebagai pengusul disetiap musrembang, dan saya juga sebagai pemerintah desa. Kapal Feri Mini ini dibuat tahun 2017 sampai sekarang tidak beroperasi, intinya tidak bisa digunakan karena ini kapal rawan tenggelam karna lembek sekali, tidak cocok untuk laut bala balakang,” bebernya.
Lebih lanjut, ia juga menkritisi kinerja lembaga DPRD, lantaran ia meniliai salah satu penyebab utama dari buruknya hasil pembuatan kapal feri mini tersebut karena lemahnya pengawasan dari lembaga legislatif.
“Nah disini kurangnya kini anggota DPR yang duduk, yang katanya wakil rakyat yang dalam UUD 1945 kekuasaan atau kedaulatan ditangan rakyat. Namun sekarang anggota dewan yang sekarang bagaikan macan ompong yang cuman bisa mengaung namun tak bisa menggigit. Mana fungsi Pengawasannya…? ini barang diadakan melalui mekanisme, perencanaan, lalu kepembahasan, lalu pelaksanaan, namun dari tiga tahapan ini tak satupun yang dilakukan,” ungkapnya.
Nasmuddin, juga membeberkan, bahwa dengan kondisi fisik dari kapal feri mini di Pulau Ambo tersebut, membuat masyarakat setempat khawatir, lantaran dinilai dapat menimbulkan kerusakan kapal milik nelayan setempat.
“Masyarakat disana khawatir karena kalau angin kencang bisa merusak kapal nelayan yang ada disampingnya,” bebernya.
Menyangkut total jumlah anggaran yang diguanakan dalam pembuatan kapal feri mini tersebut, Nasmuddin mengakui secara keseluruhan ia tidak mengetahuinya.
“Kalau anggaran saya kurang tau pasti, tapi yang saya tau penganggaran pertama 1,2 M. tapi kudengar ditambai karna diperbaiki ulang,” katanya.
Nasmuddin juga berharap, agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dapat menemukan solusi yang tempat dalam rangka perbaikan pada kapal tersebut.
“Kalau soal harapan terserah pemerintah carikan solusi, tapi intinya jangan bala balakang dijadikan pembungan proyek gagal atau bahasa dikita nipajari anak poro,” tutupnya. (Edo/FM)