Kubu Tina Dituding Tak Konsisten, Maemunis : Isu Tidak Berkelas

Direktur Logos Politika, Maemunis Amin.(Foto : Istimewa)

Mamuju – Editorial9 – Merespon adanya tudingan, yang menilai Sutinah tidak konsisten dalam menentukan arah politiknya, pada salah satu akun Media Sosial (Medsos), lalu diblow up dalam pemberitaan media on line, Direktur Logos Politika, Maemunis Amin, selaku konsultan politik dari Sutinah Suhardi,  angkat bicara.

Menurut Maemunis, tudingan tidak konsisten terhadap pihak Sutinah tersebut, merupakan issu yang sama sekali tidak berkelas, sehingga pihaknya memilih untuk tidak merespon atau memberikan hak jawab ke media yang menudingnya itu.

Bacaan Lainnya

“Isu tidak berkelas, untuk apa kita tanggapi. Silahkan tanya langsung sama yang buat berita atau yang berkomentar. Mungkin maksudnya tidak konsisten itu seperti orang yang waktu deklarasi bilang kami deklarasi berpasangan kembali, tapi ketika ada lembaga yang panggil mereka, mereka berkilah itu bukan deklarasi tapi pertemuan keluarga. Itu mungkin inkonsistensi yang mereka maksudkan,” ucap Maemunis Amin, via Whatsaap, Minggu, 26/01/20.

Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa variabel politik Sutinah Suhardi, dalam menghadapi Pilkada Mamuju 2020, akan dinamis beriringan dengan luwesnya pergerakan dari kubu Habsi – Irwan, selaku petahana, yang saat ini tengah menjadi rival politiknya, sehingga atas dasar tersebut kubu Tina memutuskan untuk tidak mempercepat atau menunda penentuan calon wakilnya.

“Plan A Sutinah bulan November -Desember itu menentukan wakil, untuk  mengimbangi pergerakan luar biasa petahana pasca deklarasi jilid II. Tapi setelah melihat sampai Desember, pergerakan petahana biasa-biasa saja, akhirnya kita putuskan menunda penentuan calon wakil, itu namanya plan B. Itu namanya upgrading strategic,Tidak ada hubungan dengan konsisten ataupun tidak,” jelasnya.

Lebih lanjut, Maemunis juga menilai bahwa salah seorang atau oknum yang berkomentar di Medsos serta si pembuat berita tersebut, terjebak pada intellectual culdesac dan kesalahan dalam berdefinisi.

“Yang buat berita atau yang berkomentar di media sosial itu keliru. Mungkin maksudnya dinamika politik bukan inkonsistensi politik. Kalau setiap langkah dan fragmen strategi dimaknai sebagai inkonsistensi, maka tidak ada dong yang konsisten. Ambil contoh petahana tadinya merasa cukup dengan 13 kursinya, tapi sekarang sudah menguber-uber partai lain. Apa itu tidak konsisten? tentu bukan. Itu namanya melek kondisi politik, itu namanya mengerti dinamika perkembangan situasi politik,” tutupnya.(*/FM)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *