Mamuju – editorial9 – Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat bersama PT.Dwitunggal Nusa Mandiri, melakukan penandatanganan MoU pengembangan kedelai Tahun 2021 mendatang, di Kantor Gubernur, Senin, 28/09/20.
MoU tersebut, ditandatangani langsung oleh Gubernur Sulbar, Alibaal Masdar (ABM), dan Direktur PT. Dwitunggal Nusa Mandiri, Petrus Chandra.
Gubernur Sulbar, ABM, mengatakan bahwa penandatanganan kerjasama ini, merupakan tindaklanjut dari acara tanam perdana kedelai di Kabupaten Polewali Mandar, pada bulan Juni 2020 lalu.
“Tujuan akhir dari kerjasama tersebut, untuk meningkatkan kesejahteraan petani Sulbar,” ucap ABM.
ABM juga menjelaskan, bahwa segala bentuk kerjasama yang dilakukan antara pihak investor dan petani, harus benar-benar memberikan manfaat bagi para petani Sulbar.
“Harapan yang besar, melalui kerja sama tersebut adalah persoalan dalam pengembangan kedelai, dalam penyediaan bibit unggul dan pemasaran dapat diatasi,” harapnya.
Mantan Bupati Polman dua periode itu, juga menyampaikan apresiasi atas kehadiran PT. Dwitunggal Nusa Mandiri, yang telah bersedia bekerja bersama, dalam pembangunan pertanian di Sulbar, khususnya dalam pengembangan komoditi kedelai.
“Ini yang kita mau bangun di Sulbar, dimana Sulbar kedepan dapat menjadi daerah, sesuai impian kita nantinya,” terangnya.
Sementara itu, Direktur PT. Dwitunggal Nusa Mandiri, Petrus Chandra mengemukakan, berbicara makanan paling murah di Indonesia seperti tahu dan tempe merupakan hal yang lumrah,
“Tetapi sangat miris, ketika melihat data yang ada hampir semua kedelai yang dikonsumsi masyarakat Indonesia berasal dari Amerika, dengan jumlah pengeluaran 2,9 miliar dolar yang setara dengan 42 triliun devisa, yang dikeluarkan untuk negara tersebut,” terang Petrus.
“Kalau kita impor senjata, mobil, pesawat, itu masih wajar, tetapi bagaimana mungkin hanya tempe saja kita impor dari Amerika,” sambungnya.
Untuk itu, kata Petrus, dirinya yakin dimulai dari Sulbar dibawah kepemimpinan gubernur ABM, pihaknya akan menjadikan provinsi ini sebagai yang pertama mengembangkan proyek tanaman kedelai berskala luas dan di Indonesia.
“Ini juga yang pertama kali, kita akan buat petani Sulbar menjadi contoh, bagi para petani di tempat lain,” katanya.
Di tempat yang sama, Ketua Pelaksana Brigade Pertanian Sulbar, Fakhruddin menyampaikan, bahwa kebutuhan kedelai bahan baku tahu dan tempe serta olahan lainnya, setiap tahun mengalami peningkatan, karena sebagian besar kebutuhan tersebut, masih dipenuhi oleh produksi petani.
“Peningkatan produksi kedelai lokal menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor,” beber Fakhruddin.
Menurut Fakhruddin, melalui pendekatan pengembangan kawasan kedelai pada tahun2021, diharapkan terjadi peningkatan produksi, di daerah sentra kedelai dan akan tumbuh sentra-sentra baru pengembangan kedelai.
“Melalui surat Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI Nomor B 285/TU. 0 20/ C.4/09/2020, tanggal 4 September 2020. Pada 2021,Sulbar mendapatkan program prioritas pengembangan kedelai 50.000 Ha dan menjadi provinsi andalan, untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri,”urainya.
Mantan Kadis Kehutanan itu juga menyampaikan, bahwa kegiatan tanam perdana keledai di Kecamatan Wonomulyo seluas 500 Ha itu, diperkirakan Minggu ke-3 hingga akhir Oktober, telah memasuki masa panen.
“Untuk itu, kepada investor diharapkan kepada investor, segera menyiapkan perangkat agar dapat menyerap hasil produksi tersebut,” tutupnya.(Farid/MP)