Akademisi : Jutaan Petani Terpuruk Akibat Covid19

Akademisi Sulbar, Harli.A.Karim.

Mamuju – editorial9 – Akademisi Sulbar Harli A. Karim, mengungkapkan bahwa sektor pangan, merupakan hak yang sangat vital dalam menghadapi efek Covid 19, sehingga pemerintah harus cakap dan bijak dalam memutuskan kebijakan.

Menurut Harli, dalam situasi sulit seperti sekarang ini, kebijakan akan sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan dan kesejahteraan para petani, meskipun stok pangan dalam 3 bulan ke depan masih berstatus aman, namun dampak dari menurunnya kondisi perekonomian, akan banyak dirasakan oleh masyarakat khususnya kaum tani.

Bacaan Lainnya
Suasana bincang pangan melalui aplikasi zoom.

“Jutaan petani, lebih dari 60 % produsen pangan adalah petani kecil sebagai penggarap. Mereka saat ini sangat terpuruk dengan dampak Covid 19 ini,” ucap Harli, saat mengikuti bincang pangan dan ekonomi menghadapi pandemi covid19, yang dilaksanakan oleh Departemen Cendekiawan BPP KKSS melalui aplikasi Zoom Meeting, Sabtu, 09/05/20.

“Kebijakan yang salah akan berdampak besar terhadap produksi ketahanan pangan dan kesejahteraan petani,” sambungnya.

Selain itu ia juga menambahkan, setelah adanya kebijakan pangan dari pemerintah, tentunya hal yang paling penting untuk dilakukan adalah melakukan pengawasan dan pengawalan.

“Kadang terjadi, kebijakan tidak menghasilkan output yang bagus, karena ketidaksingkronan dengan kebijakan pemerintah daerah,” ungkapnya.

Sementara itu, di waktu yang sama Sekretaris Ditjenbun Kementan RI, Antario Dikin, juga mengatakan bahwa salah satu permasalahan ekspor komoditi perkebunan saat pendemi covid19 adalah tertutupnya pelabuhan di beberapa negara karena pemberlakuan lockdown.

“Beberapa komoditi perkebunan sangat terganggu, dengan kebijakan ekspor beberapa negara tujuan ekspor,” beber Antario.

Lain halnya diutarakan oleh narasumber lainnya, Ketua Umum Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi), Andi Muhammad Syakir, yang mengakui bahwa cadangan pangan di tiga bulan kedepan masih aman.

“Perkiraan total surplus stok beras sampai akhir Juni 2020 sebesar 6.4 juta ton. Masih sangat cukup untuk stok pangan 3 bulan kedepan,” Andi Muhammad Syakir.

Walaupun kondisi stok pangan masih berstatus mencukupi, namun kata Andi Muhammad Syakir, tetap diperlukan adanya diversifikasi pangan. Bukan hanya beras sebagai makanan pokok.

“Di masa yang datang, perlu terus dikembangkan sumber pangan lain selain beras. Pengembangan pangan lokal dengan lebih masif untuk menekan ketergantungan terhadap pada pangan beras,” katanya.

Untuk diketahui, kegiatan bincang pangan dan ekonomi menghadapi pandemi covid19, yang mengangkat tema “Menakar Ketahanan Pangan dan Kiat Mendorong Ekspor Produk Pertanian” itu, juga diikuti oleh 200 pakar pertanian se Indonesia.(*/FM)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *