Mamuju – editorial9 – Nampaknya persoalan tenaga kontrak atau Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap (PTT-GTT) di Kabupaten Mamuju, tidak menjadi prioritas pasangan petahana nomor urut dua Habsi Wahid dan Irwan SP Pababari.
Hal itu nampak pada debat kandidat putaran pertama calon Bupati dan Wakil Bupati Mamuju tahun 2020, Sabtu (31/10/2020). Pasangan petahana nampak mengabaikan pertanyaan terkait penyebab belum terbayarkannya sejumlah gaji tenaga kontrak hingga saat ini, yang diajukan oleh lawan politiknya.
Saat debat, pasangan nomor urut satu, Sitti Sutinah Suhardi dan Ado Mas’ud mengatakan, petahana hampir lima tahun memimpin Mamuju, namun masih menyisahkan sejumlah persoalan. Seperti, angkat kemiskinan yang meningkat, gaji tenaga kontrak yang belum terbayarkan dan permasalahan aset yang semeraut.
“Apa yang menjadi kendala dan hambatan sehingga semua masalah ini terjadi,” tanya Sutinah kepada pasangan petahana itu.
Mendapatkan sejumlah pertanyaan dari lawan politiknya, petahana nampaknya hanya tertarik pada pertanyaan angka kemiskinan yang semakain meningkat. Mereka hanya menjawab persoalan kemiskinan itu, dan mengabaikan sejumlah pertanyaan lainnnya.
Dimana menurut pasangan petahana itu, penyebab utama pertumbuhan angka kemiskinan di Mamuju dikarenakan semakin banyaknya pendatang. Karena para pemdatang itu merupakan para pencari kerja, sehingga angka kemiskinan meningkat.
“Mereka (pendatang yang mencari kerja-red) tidak memiliki keterampilan, sehingga tingkat pendapatan mereka rendah,” kata Habsi.
Persoalan gaji tenaga kontrak yang belum dibayarkan, sama sekali tak disinggung oleh petahana. Padahal, ribuan tenaga kontrak di Mamuju sedang menunggu jawaban petahana terkait penyelesaian nasib meraka yang kurang lebih 4 bulan belum menerima gaji.
Namun, nampaknya para tenaga kontrak itu harus bersabar untuk mengetahui penyebab utama sehingga gaji mereka selama beberapa bulan belum juga terbayarkan hingga saat ini.
Selain persoalan gaji tenaga kontrak, petahana juga tak menjawab pertanyaan soal penempatan ASN pada posisi strategis tidak proporsional, hasil ujian nasional SMP terendah di Sulbar, pengelolaan aset yang amburadul, feri mini yang viral dan pembangunan Manakarra Tower ditengah pandemi Covid-19.(*/MP)