Petahana Kalah di Pilpres AS, Reza : Ini Pertanda Alam

Ketua Koalisi Mamuju Keren, Muhammad Reza.(Dok : Ist)

Mamuju – editorial9 – Pemilihan Presiden Amerika Serikat kini menjadi perhatian dunia. Bagaimana tidak, sebab setiap kebijakan pimpinan negara adidaya tersebut kerap menimbulkan efek bagi dunia, baik dari sisi ekonomi maupun keamanan.

Pemilu yang berlangsung sejak tanggal 3 November 2020, berakhir dengan dipastikannya Joe Biden dan Kemala Haris dari Partai Demokrat, melampaui syarat minimal 270 Electoral College dengan total 284 Electoral College, usai mengalahkan saingan politiknya yang juga Capres dan Wapres Petahana, Donald Trump dan Mike Pence dari Partai Republik setelah perhitungan suara di Negara bagian Pennsylvania.

Bacaan Lainnya

Donald Trump memperpanjang daftar Petahana yang tumbang di negara adidaya itu. Sedangkan kabar baik bagi Kemala Haris yang menjadi Perempuan pertama yang menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat.

Donald Trump dikenal kerap melakukan hal-hal kontroversial dalam kebijakan Amerika serikat, ia juga kerap dipandang rasis sebagian masyarakat dunia. Ketidakpopuleran Trump untuk merebut simpati pemilih di negara-negara bagian kunci (battleground stated) dalam pilpres AS kuat diduga oleh hal-hal tersebut.

Meski jauh terkait, periode Pilpres Amerika Serikat ditahun 2020 ini secara kebetulan bersamaan dengan Pilkada serentak di Indonesia. Sebanyak 270 daerah akan menentukan kepala daerahnya pada 9 Desember mendatang. Kontestan dalam Pilkada serentak kali ini juga banyak diikuti calon Petahana. Salahsatunya di Kabupaten Mamuju.

Muhammad Reza, selaku Ketua Koalisi Mamuju Keren yang merupakan gabungan partai pengusung dan pendukung Siti Sutinah Suhardi dan Ado Mas’ud yang tampil sebagai penantang dalam Pilkada Mamuju 2020 pun angkat bicara terkait hasil Pilpres Amerika Serikat yang menurutnya sebagai sebuah pertanda alam akan perubahan kepemimpinan di Mamuju.

“Ini bagai pertanda alam yah. Meski kaitannya jauh, tetapi di Mamuju sekarang ini juga tengah berlangsung proses Pilkada yang tentu merupakan proses dari demokrasi. Petahana vs Penantang adalah hal yang seru, rakyat yang kemudian akan menentukan pilihan,” ungkap Reza

“Petahana yang baik dalam artian mampu menepati setiap janji politiknya, ya tentu mendapat tempat di hati masyarakat, begitu pun sebaliknya. Rakyat akan memberi hukuman kepada petahana yang dianggap tidak mampu memaksimalkan kesempatan yang telah diamanahkan kepadanya,” lanjut Ketua DPC Mamuju Partai Gerindra itu.

Seperti diketahui, pemerintahan mamuju sebelumnya juga kerap melakukan kebijakan yang kontroversial, salah satunya pembangunan Manakarra Tower yang menelan anggaran puluhan miliar ditengah infrastruktur jalan dan jembatan di Mamuju yang masih minim

Hal lain yang kini masih berpolemik ditengah masyarakat diantaranya ialah kejelasan aset Pemkab Mamuju, honorarium tenaga kontrak yang belum terbayarkan selama beberapa bulan, maupun akses pelayanan kesehatan yang kerap dikeluhkan masyarakat.

Demokrasi sejatinya merupakan sistem yang dihadapkan pada masyarakat untuk menentukan sendiri nasibnya dengan memandatkan kepada kepala daerah yang dipilih. Masyarakat kini dituntut lebih cerdas, agar arah pembangunan daerah lebih pro kepada kepentingan umum

“Belajar dari Pilpres AS, Petahana tumbang, hal yang wajar dalam sebuah demokrasi sebagai sistem yang disepakati bersama yaitu hak memilih dan dipilih, kedaulatan ada ditangan rakyat. tentu ini menjadi pelajaran yg sangat berharga bagi setiap negara yg berdemokrasi, AS adalah Negara besar yg begitu baik menerapkan sistem demokrasi ini,” jelas Reza.

Terkait Pilkada Mamuju, bukan tidak mungkin, tampuh kepemimpinan akan berganti dengan semakin banyaknya masyarakat yang sadar akan perubahan daerah yang lebih baik dan lebih keren mengikuti dinamika zaman.

“tidak ada yang tidak mungkin jika rakyat menghendaki, kedaulatan berada di tangan Rakyat,” tutup ketua koalisi Mamuju Keren itu.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *